BANDAR LAMPUNG – wartaonelampung.com, Kehadiran Pangeran Nata Adiningrat, Dr. R.A. Huzaifah bin Dato’ R.H. Hashim, di Lamban Gedung Kuning, Bandar Lampung, Rabu (17/9/2025), mendapat sambutan hangat dari para tokoh adat dan masyarakat Lampung. Suasana penuh keakraban dan kekhidmatan menyertai acara silaturahmi tersebut yang tidak hanya memperkuat ikatan budaya, tetapi juga meneguhkan persaudaraan serumpun Melayu-Lampung yang telah terjalin sejak ratusan tahun silam.
Dalam keterangan persnya kepada wartawan, Pangeran Nata Adiningrat menegaskan bahwa kunjungannya ke Indonesia bukanlah hal baru. Ia mengakui masih memiliki ikatan darah yang kuat dengan keluarga besar di tanah air, khususnya di wilayah Sumatera.
“Saya sudah sering ke Indonesia karena masih banyak saudara, keluarga, dan teman di sini. Kami memang keturunan raja, tetapi saya tegaskan kami bukan raja. Hal ini harus diluruskan agar tidak menimbulkan salah paham. Kami datang sebagai bagian dari keluarga besar yang memiliki ikatan sejarah dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara,” jelasnya.
Pangeran Nata Adiningrat, yang kini bertugas di Pemerintahan Negeri Malaka, juga menjabat sebagai Kepala Bidang Penyelidikan pada organisasi Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI). Organisasi tersebut berpusat di Malaka dan telah memiliki cabang di 23 negara, termasuk Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Pangeran Nata Adiningrat mengaku terkesan dengan penyambutan masyarakat Lampung. Ia juga menyoroti kekayaan budaya yang masih terpelihara dengan baik di Lamban Gedung Kuning sebagai salah satu cagar budaya yang bernilai tinggi.
“Saya tidak menyangka sambutannya sehebat ini. Awalnya saya kira hanya silaturahmi sederhana, ternyata di sini ada cagar budaya yang sangat bernilai. Masyarakat Lampung patut bangga karena masih menjaga warisan leluhur, bukan hanya dari trah raja, tetapi juga dari semangat melestarikan budaya Islam dan Nusantara,” ungkapnya.
Sambutan hangat juga datang dari Sutan Raja Diraja Lampung, Kanjeng Sutan Pangeran Ratu Yang Agung yang juga mantan Kapolda Lampung, Irjen Pol (Purn) Drs. H. Ike Edwin, SH., MH. Menurutnya, kedatangan tokoh Melayu dari Malaka ini menjadi bukti nyata eratnya persaudaraan serumpun yang telah terjalin sejak masa kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara.
“Ini adalah kebanggaan bagi kita. Melayu dan Lampung itu satu keturunan serumpun. Dulu para raja Nusantara saling menyatukan, hari ini kita melanjutkan persaudaraan itu. Kalau tidak ada adat dan budaya, kita tidak mungkin bisa bersatu. Indonesia punya Pancasila dan NKRI sebagai pemersatu, sementara adat dan budaya menjaga kita tetap bersaudara,” tegas Dang Ike, sapaan akrab dari Ike Edwin.
Dang Ike Edwin juga menuturkan bahwa hubungan Lampung–Malaka memiliki akar sejarah panjang, mulai dari era perdagangan lada, jalur pelayaran Nusantara, hingga perjalanan para ulama yang singgah di Malaka sebelum berangkat menuju Tanah Suci.
Baik Pangeran Nata Adiningrat maupun Dang Ike Edwin sepakat bahwa adat dan budaya memiliki peran penting sebagai perekat dalam menjaga persatuan, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga dalam lingkup yang lebih luas di Asia Tenggara.
Silaturahmi ini diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat hubungan serumpun, melestarikan warisan budaya, serta menjaga keharmonisan di tengah masyarakat yang majemuk.