Bandarlampung – wartaonelampung.com,Rumah Makan Ayam Penyet Surabaya yang berlokasi di Jalan Tulang Bawang, Enggal, akhirnya buka suara menanggapi keluhan warga terkait bau tidak sedap yang disebut-sebut berasal dari limbah usaha mereka.
Pihak manajemen menilai tudingan tersebut perlu diluruskan agar tidak menjadi penilaian sepihak yang menyesatkan tanpa dasar teknis dan fakta lapangan.
Dalam klarifikasinya, manajemen menegaskan bahwa Ayam Penyet Surabaya selama ini telah menjalankan pengelolaan limbah sesuai dengan standar yang berlaku.
Limbah cair dari dapur dialirkan ke penampungan khusus yang telah difilter sebelum dibuang ke saluran umum. Sistem tersebut rutin dirawat untuk memastikan tidak mencemari lingkungan sekitar.
“Kami memiliki penampungan limbah tersendiri yang tertutup dan telah difilter sebelum dialirkan. Ini bagian dari komitmen kami menjaga kebersihan lingkungan. Sistem ini juga secara berkala kami cek agar tidak terjadi kebocoran atau gangguan,” ujar Pengelola Ayam Penyet Surabaya Cabang Bandar Lampung, Aditiya saat ditemui media merata.id, Minggu (13/7/2025).
Pihak manajemen menambahkan bahwa sejak rumah makan ini berdiri, kesadaran akan tanggung jawab lingkungan sudah menjadi prioritas. Bahkan, sempat dilakukan upaya pembangunan sistem pengolahan limbah yang lebih permanen.
Namun, saat penggalian baru mencapai kedalaman 1 meter, tanah sudah mengeluarkan air, sehingga membutuhkan pendekatan teknis yang lebih kompleks.
“Kami sudah mencoba membuat sistem pengolahan limbah yang lebih dalam, tapi kondisi tanah ternyata cepat mengeluarkan air. Ini menjadi tantangan teknis, dan kami akan segera berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk mencari solusi terbaik. Tapi tentu, hal ini tidak bisa dibebankan hanya pada kami. Semua pelaku usaha kuliner di sekitar juga harus dilibatkan dalam penyelesaian ini,” tegasnya.
Lebih lanjut, manajemen juga mengungkapkan adanya faktor lain yang turut berkontribusi terhadap aroma tidak sedap di kawasan tersebut.
Salah satunya adalah keberadaan mobil pengangkut sampah dari DLH yang rutin setiap pagi atau menjelang siang berhenti cukup lama, bahkan hingga lebih dari 30 menit, tepat di depan rumah makan mereka.
Mobil tersebut membawa sampah dari berbagai sumber, yang seringkali tidak diketahui asal-usulnya dan memunculkan bau menyengat.
“Kami sering melihat mobil sampah DLH parkir lama di depan rumah makan kami. Tidak jarang baunya menyengat karena membawa sampah yang sudah tercampur. Ini tentu mengganggu kenyamanan, baik bagi pelanggan kami maupun warga sekitar. Ini bukan untuk menyalahkan, tapi realitas di lapangan perlu diperhatikan bersama,” imbuhnya.
Manajemen juga menyampaikan bahwa saluran air di kawasan Jalan Tulang Bawang memang sejak lama menghadapi masalah klasik, penyumbatan akibat sampah rumah tangga, sisa-sisa makanan, dan endapan yang menumpuk. Beberapa pedagang sekitar juga menyampaikan hal serupa, menunjukkan bahwa masalah ini bukan hanya tanggung jawab satu pihak.
“Kami tidak ingin saling menyalahkan. Justru kami mengajak semua pihak, baik warga, pelaku usaha, maupun instansi terkait, untuk duduk bersama mencari solusi. Kami terbuka untuk diskusi dan siap memperbaiki jika ada kekurangan. Tapi perlu dicatat, tudingan sepihak tanpa verifikasi bisa merugikan nama baik kami yang sejak lama berusaha menjalankan usaha secara tertib dan ramah lingkungan,” pungkas perwakilan manajemen. (MRA)
Catatan:
Persoalan lingkungan memang sensitif, apalagi di kawasan padat aktivitas. Namun, kehati-hatian dalam menyampaikan tuduhan perlu dikedepankan agar tidak menimbulkan stigma atau pencemaran nama baik.
Klarifikasi dari pihak Ayam Penyet Surabaya menunjukkan itikad baik untuk memperbaiki situasi secara terbuka dan solutif. Sudah sepatutnya masalah bersama ini diurai dengan pendekatan kolaboratif, bukan saling menyalahkan.
